Jakarta, PODIUM - Rakyat dan kalangan parlemen Indonesia marah besar atas kasus pemerkosaan yang dilakukan tiga aparat kepolisian Diraja Malaysia Keparat atas seorang TKW. Karena kasus ini hubungan Indonesia dan Malaysia kembali memanas.
Kemarahan rakyat dan parlemen Indonesia, mulai dari kecaman, tuntutan hukuman berat atas para pelaku pemerkosa, pengusiran Duta Besar Malaysia dari Indonesia hingga pemutusan hubungan diplomatik.
"Pihak Kejaksaan Malaysia harus segera melakukan penuntutan," kata anggota Komusu III DPR RI, Eva Kusuma Sundari di gedung DPR, Senin 12 November 2012.
Eva juga mendesak, agar Polri turut serta dalam proses penyidikan yang sedang dilakukan pihak Kepolisian Diraja Malaysia.
Pada saat yang sama, Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso menyatakan keterkejutanya atas peristiwa tersebut, dan sama sekali tidak menduga kalau hal itu mampu dilakukan aparat kepolisian yang seharusnya menjadi pelindung.
"Saya seperti disambar geledek. Saya minta Duta Besar Indonesia dipanggil untuk menjelaskan semua ini." ujar Priyo.
Selanjutnya dia juga meminta agar Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa segera berkoordinasi dengan Menteri Tenaga Kerja Muhaimin Iskandar, untuk memutuskan hal apa yang harus dilakukan atas peristiwa ini. Dan ahal harus dilaporkan kepada presiden.
Sementara itu Ketua Umum Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI), Nisma Abdullah, meminta Indonesia segera memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia.
"Kami minta segera putuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia, karena hal seperti ini selalu saja berulang, dan Malaysia sampai sejauh ini terus saja merendahkan harkat dan martabat para TKI," tegas Nisma.
Menurut Nisma, tuntutan permohonan maaf saja tidak cukup, dan entah sudah berapa kali Malaysia memianta maaf soal kasus TKI, tetapi tetap saja berulang, kata Nisma.
"Orang Malaysia dan pemerintahnya, sangat mudah minta maaf, tetapi permintaan maaf tersebut tidak ada bekasnya," terang Nisma.
Dilain pihak, sedikit berbeda, Koordinator Aliansi Nasional Cendikiawan Akar Rumput (ANCaE), Ali Ronin Naibaho, mengatakan semua perlakuan orang Malaysia selama ini kepada bangsa Indonesia, tidak lain sebagai cermin bagaimana bangsa dan pemerintah Indonesia tidak mampu menghargai dirinya sendiri.
"Kita mau marah, mau apa. Semua ini adalah salah kita," tegas Ali Ronin.
Pemerintah kita, kata Ronin, diplomasinya lemah, masyarakat kita, terutama kalangan pengusahanya, juga lemah dalam setiap negoisasi.
"Kita memang berlaku lemah, jadi tidak perlu marah-marah kalau mereka menginjak-injak harga diri kita," jelas Ronin.
Solusinya, tidak mudah, kata Ronin. Memutuskan hubungan diplomatik tanpa disusul eksodus besar-besaran semua WNI terutama para TKI, jelas membuat warga Indonesia yang berada di Malaysia sangat rentan atas perbuatan diskriminasi.
Dan kalau harus eksodus, lalu siapa yang mau jadi Musa? Apakah Kepala BNP2TKI, Jumhur Hidayat atau Muhaimin Iskandar?, kata Ali Ronin dalam nada bertanya.
Tauviq LL
Tidak ada komentar: