Aksiku

Perjuangan

My Family

Pendidikan

Buruh Migran

Perjalanan

Galery Video

September 2017

Entah mengapa aku bertahan dalam sakit..
Sadar asa kasih telah merenggut nurani..
Coba terima nyata dia yang telah pergi..
Bersama derai luka yang terakit..

Melupakan jejak waktu indah kemarin..
Panas bak merengkuh bara api..
Adalah kau yang mengubah...
Kasih menjelma benci''

Luka ditungku acapkali menguap..
Membuat limbung diujung jalan..
Karena lama merawat badai,,
Melupakan arah tujuan awal...

Sadar resiko hidup adalah mati...
Matiku datang dalam geliat ...
Menghapus duka yang bertahta..
Mengikis luka yang menyayat..

Aku bertanya pada ruang hati..
Sudutkan rindu yang menyiksa tanpa jawab..
Kemana gerangan dia...
Sang pembawa aral...

Seroja 22 Desember 2017
Jelang akhir tahun


 

 

Periiih ku sebagai ibu

Aku ingin menjadi sepi yang bersemayam di kedalaman hati milikku sendiri
Hening hati ini, terkatub goresan hujaman sembilu
Separuh nafas bernuansa hati hadir dimalam sunyi membuatku terbangun dari bayang duka yang terus bertamu dikepalaku.
Pada petang, yang tetap setia menyapa, mengapa kasih masih tertahan pada rasa yang sakit.
Untuk kelam ini dan selanjutnya, kasih dan sakit masih belum ingin bersekutu, hati dipaksa untuk berbesar sabar lagi... tak mampu.
Airmata kutahan hadir menyapaku, ketika pena menggoreskan sajak tentang sakit.
Sesekali ingin rasanya memadamkan api amarah di hati yang terhina. Agar ada terang rasaku saat kuingat aku.ibu mereka.
Walau kepongahan mereka adalah pelanggan setia, mendera nuraniku
Wajah mereka anakku muncul dari dasar jurang luka yang berulang, yang pernah bangunkan rasa yang disebut cinta kasih seorang Ibu..
Rasa ini tersesat,kepeluk sunyi sebatas angan, segaris larik bait puisi; di sudut mata aku buta, pada cinta sebagai Ibu yang membuai.
Cinta kasih itu nerakaku, ku bawa berlalu menjauh membawa
kunci rumahku, hingga tak kuingin mereka dapat masuk menghujam kembali lukaku..
Lara ini, hadirkan hujan air mata kesedihan bersama ratapan langit karna ketulusan yang tersia-siakan.
Bantu aku untuk membenci waktu, karena ingatan tentang penghinaan hadirkan sesal yang berkepanjangan .
Perkara perihnya luka, do'a terurai meminta Tuhan menyembuhkan goresan sembilu cinta Ibu yang disayat anak2nya... hadirkan puisi dimana hanya ada tangisan pilu yang melingkari angka angka arloji.
Bak alunan melodi yang lebih dari merdu celoteh gugatan sang anak. kita adalah lagu-lagu yang tak seirama yang kita nyanyikan pada kesempatan berbeda. mengasuh kasih meretas dukaku kemudian membasuh menyiram habis kesedihan. biarlah airmata ini menuliskan kisahku sebagai ibu ketika cerca terus menyapaku.
Puisi yang merintih perih sebab kepongahan cukup jadi belati pada tubuh puisi duka ibu sepertiku adalah duka yang paling menyesakkan dada.
Di tangan Tuhan cinta berluka ini kuserahkan.....

Seroja terus melukai
2015

Biru cintaku memerah

Biru Cintaku Nak
Bahkan tangismu, kecewamu, marahmu
adalah biru dilautan cintaku

Ampuni hamba Sang Maha

ku ukir biru cintaku pada mereka
tinggi layaknya langitMu
Kau ubah aku seakan harimau
kala biru cintaku terlukai
kau wujudkan aku seolah
pujangga sejuta syair
kala biru cintaku tersenyum

Ampuni hamba Sang Maha

Biru cintaku telah memudar
Biru cintaku memerah
membakar merobek jiwaku

Ampuni aku Sang Maha

Sembilan bulan mengandung bagai dosa
Menyusui hampir memutus puting susu hanyalah kewajiban
Sehingga dewasa mereka terpupuk oleh alam...
Berpihak pada kepunyaan,
Rela menginjak, campakkan induk
bak anjing kurap pemakan bangkai....

Ampuni aku Sang Maha

Jika aku merasa ..
Surga di telapak kaki ibu
Hanya ada dilakon sinema
dan Ridho ibu hanya ada di cerita buku.

Biru cintaku digores
Biru cintaku dilukai
Mengantar kematianku
Tanpa mereka dan tak ingin ada mereka.



Seroja  2015