
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh menjamah tubuhku,
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh memperbudakku,
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh meniduriku,
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh menelanjangiku,
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh menorehkan luka ditiap inci wajahku,
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh meremas payudaraku,
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh merusak rahimku,
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh merampok upah dari tetesan keringatku,
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh memotong nadiku,
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh merampas nyawaku,
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh menahan jasadku untuk tidak pulang,
kembali pada emak, bapak, adik, kakak, anak,...
mereka orang-orang yang mencintaiku...
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh menguasaiku seutuhnya...
Bahkan Tidak untuk jiwaku,
jiwaku adalah kebebasanku,
jiwaku adalah hidupku,
jiwaku adalah amarahku,
Yang akan mengubah karang-karang terjal menjadi bara
Yang akan mengubah setiap tetesan air mata menjadi api
Yang akan mengubah tangan-tangan gemulai menjadi kepalan perlawanan
Yang akan menghardik para pemimpin negeri
Yang akan merebut kembali kemanusiaan kami
Yang akan membuka jalan pembebasan
Bagi kami, mereka, dia yang kau sebut sebagai TKW,
yang berdaulat atas dirinya sendiri...
untuk Ruyati, yang jasadnya belum kembali;
‘’jiwamu adalah lentera yang menjadi penerang bagi jalan pembebasan’’
‘jeng, Bgr, 280611
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh memperbudakku,
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh meniduriku,
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh menelanjangiku,
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh menorehkan luka ditiap inci wajahku,
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh meremas payudaraku,
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh merusak rahimku,
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh merampok upah dari tetesan keringatku,
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh memotong nadiku,
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh merampas nyawaku,
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh menahan jasadku untuk tidak pulang,
kembali pada emak, bapak, adik, kakak, anak,...
mereka orang-orang yang mencintaiku...
Tidak karena aku TKW, maka kau boleh menguasaiku seutuhnya...
Bahkan Tidak untuk jiwaku,
jiwaku adalah kebebasanku,
jiwaku adalah hidupku,
jiwaku adalah amarahku,
Yang akan mengubah karang-karang terjal menjadi bara
Yang akan mengubah setiap tetesan air mata menjadi api
Yang akan mengubah tangan-tangan gemulai menjadi kepalan perlawanan
Yang akan menghardik para pemimpin negeri
Yang akan merebut kembali kemanusiaan kami
Yang akan membuka jalan pembebasan
Bagi kami, mereka, dia yang kau sebut sebagai TKW,
yang berdaulat atas dirinya sendiri...
untuk Ruyati, yang jasadnya belum kembali;
‘’jiwamu adalah lentera yang menjadi penerang bagi jalan pembebasan’’
‘jeng, Bgr, 280611
Tidak ada komentar: