Aksiku

Perjuangan

My Family

Pendidikan

Buruh Migran

Perjalanan

Galery Video

» » Dulu PLRT, Sekarang Pengusaha Salon dan Rias Pengantin


| Print |
Sunday, 12 December 2010 06:39

Selain aktif mengurusi usaha, Nisma Abdullah juga aktif di SBMI Nusa Tenggara Barat, di Komisi Perlindungan TKI Sumbawa, Forum Komunikasi Buruh Migran Sumbawa, dan International Organization Migrant (IOM) perwakilan Nusa Tenggara Barat. Ia juga aktif menjadi pendamping calon TKI dan TKI yang mengalami masalah. Sedangkan dari usaha salon dan rias pengantin yang dilakoninya sekarang.

Dulu PLRT, Sekarang Pengusaha Salon dan Rias Pengantin

Sumbawa, BNP2TKI (11/12) – Menjadi pengusaha salon kecantikan dan rias pengantin, tidak terbayangkan dalam benak Nisma Abdullah semasa remaja.
Soalnya, antara pendidikan dan pekerjaan yang pernah dijalani semasa mudanya dulu dan di hari tuanya sekarang, bagaikan api jauh dari panggang. Sungguh bertolak belakang dan nyaris tidak pernah bersentuhan.
“Begitulah liku-liku perjalanan kehidupan saya. Setelah lulus dari SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) I Surabaya pada 1977, kemudian meneruskan ke SMEA Pawiyatan Surabaya dan lulus pada 1980. Setahun kemudian, pada 1981 menikah dan terus ikut suami menjalani tugas di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) sampai sekarang,” tutur Nisma Abdullah menceritakan masa lalu semasa suaminya masih aktif sebagai TNI dengan pangkat Kopral, Kamis (09/12) lalu.
Nisma, begitu Nisma Abdullah akrab disapa, menjelaskan, mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga dan dikaruniai empat anak dengan penghasilan suami yang hanya berpangkat kopral dirasa cukup sulit. Karenanya , setelah mendapatkan izin suaminya, pada 1993 ia nekat mengadu nasib sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) bidang penata laksana rumah tangga (PLRT) di Arab Saudi.
“Sembilan tahun saya menjalani pekerjaan sebagai TKI ini. Tiga tahun (1993-1996) di Madinah, dan enam tahun (1997-2003) di Kuwait,” aku Nisma.
“Demi masa depan anak-anak, TKI bagi saya merupakan pilihan waktu itu,” tambahnya.
Menurut Nisma, TKI hanyalah sarana kerja untuk menabung yang kemudian dijadikan modal usaha di hari tua. Sebab itu, begitu kembali pulang ke kampung halamannya di Jalan Diponegoro 36 Sumbawa Besar, Kabupaten Sumbawa, NTB, pada tahun 2003, Nisma langsung melirik ketrampilan salon kecantikan dan rias pengantin sebagai ancang-ancang wirausahanya.
“Sejak itu, saya kemudian membuka usaha salon kecantikan dan rias pengantin setelah sebelumnya mengikuti kursus selama beberapa bulan,” kata Nisma yang sekarang hidup bersama empat anaknya sepeninggal suaminya pada pertengahan 2010 lalu.
Pendamping TKI
Kendati sudah tidak lagi menjadi TKI, namun ikatan batin Nisma dengan para calon TKI dan TKI purna di Kabupaten Sumbawa dan Nusa Tenggara Barat masih cukup kuat.
Dengan pengalaman yang dimiliki semasa menjadi TKI dulu, di sela-sela kesibukan mengurus usaha salonnya, ia juga aktif mendampingi para calon TKI dan TKI purna.
“Dari ketrampilan yang saya miliki ini, melalui ajang pelatihan-pelatihan calon TKI dan TKI purna saya selalu sampaikan dan berbagi pengalaman. Tujuan saya, agar mereka nantinya memiliki wawasan wirausaha dan bisa mandiri setelah tidak menjadi TKI lagi,” kata Nisma yang sejak tahun 2008 sampai sekarang menjadi Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Nusa Tenggara Barat.
Selain aktif mengurusi usaha, Nisma juga aktif di SBMI Nusa Tenggara Barat, di Komisi Perlindungan TKI Sumbawa, Forum Komunikasi Buruh Migran Sumbawa, dan International Organization Migrant (IOM) perwakilan Nusa Tenggara Barat.
Ia juga aktif menjadi pendamping calon TKI dan TKI yang mengalami masalah.Sedangkan dari usaha salon dan rias pengantin yang dilakoninya sekarang.
Nisma mengaku, rata-rata pendapatan perharinya sekitar Rp 200.000. “Ya, yang penting disyukuri dari usaha ini sudah bisa untuk kebutuhan sehari-hari dan mencukupi biaya pendidikan anak-anak,” kata Nisma memungkasi cerita perjalan kehidupannya.***(Imam Bukhori)

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Bila menemukan komentar bermuatan menghina atau spam, berikan jempol bawah, tanda Anda tak menyukai muatan komentar itu. Komentar yang baik, berikan jempol atas.

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.